Abdurrahman bin Auf : Pengusaha Sukses yang Dijamin Masuk Surga

Abdurrahman bin Auf : Pengusaha Sukses yang Dijamin Masuk Surga

Sebenarnya rahasia kesuksesan Abdurrahman tidaklah musykil. Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkah adalah karena dia selalu bermodal dan berdagang barang yang halal serta menjauhkan diri dari perbuatan yang haram, bahkan syubhat. Selain itu, yang menambah keberkahan perniagaannya adalah karena labanya tidak dia gunakan untuk memperkaya dirinya sendiri. Meski keuntungannya diperoleh berkat kepiawaiannya dalam berdagang, Abdurrahman tidak pernah lupa membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Selain untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan serta membiayai sanak saudaranya, hartanya juga digunakan untuk menyediakan perlengkapan yang diperlukan tentara lslam untuk berjihad fi sabilillah.


Kiat Kaya Dari Kisah Pengusaha Abdurrahman bin Auf  yang didapat kita ambil dari sahabat ini, maka kami akan mengajak para wirausahawan muslim terutama para pemula, untuk membangkitkan keberanian dalam beberapa hal, di antaranya:

Berani Memulai 

Sudah rahasia umum, bahwa seorang dilAnda rasa takut untuk memulai suatu usaha karena yang terbayang di hadapannya adalah “bagaimana kalau gagal”.Maka, untuk menepis perasaan ini, marilah kita buat perhitungan: Kalau kita mau mulai, ada dua kemungkinan yang menanti: mungkin berhasil atau mungkin gagal. Tapi, kalau kita tidak pernah memulai, cuma ada satu kepastian yang menghampiri, pasti gagal.
Nah, sekarang silahkan pilih,
Berani mencoba = 50% gagal - 50% berhasil
Takut / tidak mau mencoba = 100% gagal?

Rasa takut bercampur khawatir yang diderita oleh setiap pemula usaha adalah suatu yang wajar adanya. Karena mereka sekarang sedang memasuki “dunia lain”. Tapi bukan berarti ketakutan itu harus dipelihara menjadi semak belukar. Malah seharusnya dipangkas sehingga bisa memantapkan langkah untuk menapak.

Jangan khawatir wahai pengusaha muslim! Tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah memiliki modal “berani” yang kita bawa sejak lahir. Bukankah ketika kita masih berumur 9 bulan, kita sudah berani untuk mulai berdiri dan berjalan? Walau kita tahu akan jatuh bahkan sering mengalaminya. Apakah ketika itu kita menyerah karena sering gagal? Ternyata tidak, kita berani melawan karena kita yakin akan tiba di tujuan, walau jalannya banyak ditaburi ranjau kegagalan. Kini lihatlah buktinya! kita telah bisa berjalan dan berlari. Ini semua berawal dari keberanian kita untuk memulai sesuatu yang baru.

Berani yang kami maksudkan di sini adalah berani yang penuh perhitungan, memperhatiakan rambu-rambu dan peraturan. Bukan berani “nekat” atau membabi- buta, yang pada dasarnya adalah bergerak tanpa perhitungan.

Tawakkal bukan dilakukan karena takut memulai. Tapi sebaliknya, setelah kita berani melangkah dan memulai, baru kita tawakkal. Karena kita tahu manusia hanya berikhtiyar dan mencoba sekuat tenaganya, adapun yang menentukan rezeki hanyalah AllahTa’ala.

Berani Bertahan atau Berani Bersaing

Setelah langkah pertama dimulai, kini dituntut keberanian lain, yaitu keberanian bertahan dalam persaingan bisnis.Persaingan dalam dagang atau dunia usaha adalah hal lumrah dan pasti adanya, karena kita bukan sedang berjualan di hutan. Akan ada yang berjualan atau memproduksi benda seperti punya kita, maka beranilah dalam menghadapi persingan ini. Anggaplah persaingan adalah pemicu adrenalin untuk menambah semangat kita dalam berusaha.Bila Anda dulu pernah sekolah di SMP atau SMA, coba Anda bayangkan! Bila dalam kelas Anda tidak ada saingan, hanya Anda anak yang pintar. Pasti Anda akan puas dengan nilai 7 karena sudah menempati rangking pertama. Tapi, bila ada pesaing yang mampu meraih nilai 9, pasti Anda akan lebih giat belajar untuk memperoleh nilai 10 agar memperoleh peringkat pertama.

Berani Tampil Beda

Tampil beda kebutuhan paling urgen dalam menghadapi persaingan. Mungkin produk atau jasa yang kita jual adalah barang umum di pasaran. Oleh karena itu, jalan menggaet pelanggan adalah dengan berani tampil beda dalam berbagai hal, baik dalam iklan, pelayanan, tampilan, dan lain sebagainya.

Dari sini ada beberapa pelajaran yang bisa kita tarik :

  1. Abdurrahman bin Auf menunjukkan kepada kita bahwa modal harta itu penting, tapi modal mental lebih penting. Mental kaya lebih penting daripada kaya. Abdurrahman memulai dari nol dan mampu mengumpulkan kekayaan lebih banyak karena dia memiliki mental kaya. Mental kaya ini misalnya selalu mau memberi bukan menerima, siap dengan kerasnya usaha, tangguh, bersungguh-sungguh dalam usaha dan meyakini keberhasilan usahanya. Ini tergambar dari perkataannya “Seandainya aku membalik sebuah batu, maka aku akan menemukan emas atau perak”
  2. Selain mental kaya, Abdurrahman juga memahami secara mendalam seluk beluk perdagangan secara teknis. Abdurrahman tidak hanya memiliki mental saja, tapi dia juga menguasai pasar. Sesampainya di Madinah, Abdurrahman dikisahkan mendatangkan minyak samin dan keju dari wilayah lain untuk dijual di Madinah. Artinya beliau paham betul masalah supplier dan jalur distribusi, networking, marketing, dan tentunya selling.
  3. Belajar dari Abdurrahman bin Auf yang lain, beliau meniatkan semua hartanya untuk diinfakkan di jalan Allah semaksimal mungkin. Pada saat perang Tabuk beliau menginfakkan 200 uqiyah emas dari hartanya ( 1 uqiyah emas = 29,75 gram emas), sehingga Umar mengkhawatirkan apakah Abdurrahman menyisakan untuk keluarganya. Saat ditanya Rasulullah perkara uang yang dia tinggalkan untuk keluarganya, beliau menjawab “Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan.” Rasul melanjutkan pertanyaannya “Berapa?” Maka Abdurrahman menjawab: “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.” Siapa yang membantu agama Allah, Allah akan membantunya. Siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, akan dilipatgandakan. Begitulah Abdurrahman yang bertambah kaya karena menginfakkan hartanya fii sabilillah. Simak perkataan Allah dalam hal ini: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (TQS Al-Baqarah [2]: 245)
  4. Yang terakhir, Abdurrahman adalah ksatria Islam yang istimewa, dan termasuk diantara sahabat yang mampu secara maksimal berjuang dengan harta dan jiwanya. Mungkin kita mengetahui beliau senang menginfakkan hartanya di jalan Allah. Tapi sedikit yang mengetahui bahwa Abdurrahman juga maju ke medan perang. Dia tidak menganggap bahwa harta adalah pengganti dirinya untuk maju ke medan perang. Dia memperjuangkan surga Allah dengan harta dan jiwa. Dan Allah menggantinya lebih banyak lagi. Sederhananya, dia menjadikan hartanya sebagai wasilah (perantara) ibadah, bukannya sebagai tujuan


Walhasil, beginilah profil pengusaha Muslim yang layak dinanti. Yang siap mengorbankan seluruh harta dan jiwanya di jalan Allah. Mungkin sulit, tapi bukan berarti mustahil. Yang ada saat ini, orang yang memiliki harta merasa bisa mengganti maksiat mereka dengan infak harta. Atau sebaliknya, merasa perjuangannya cukup dengan jiwa saja tapi pelit mengeluarkan harta. Semoga Allah segera mengenalkan kita profil-profil Abdurrahman bin Auf pada zaman kita, sehingga kebangkitan Islam semakin dekat. Semoga.

Sumber :

http://www.suara-islam.com/read/index/7661/Abdurrahman-bin-Auf--Pengusaha-Sukses-yang-Dijamin-Masuk-Surga-
http://www.pesantrenbisnis.net/2013/11/kiat-kaya-dari-kisah-pengusaha.html
http://ceritaislami.net/abdurrahman-bin-auf-sahabat-nabi-yang-kaya-raya-namun-dermawan-bagain-satu/
http://pebisnismuslim.com/arsip/2011/abdurrahman-bin-auf-pengusaha-sukses-yang-mengguncang-dunia.com
http://www.suara-islam.com/read/index/7661/Abdurrahman-bin-Auf--Pengusaha-Sukses-yang-Dijamin-Masuk-Surga-

0 komentar:

Posting Komentar

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda